Mahasiswa di Yogya Lebih Suka Beli Pulsa Daripada Buku

Mahasiswa di Yogyakarta lebih besar pengeluarannya untuk membeli pulsa telepon genggam daripada untuk membeli buku-buku kuliah. Pengeluaran untuk pulsa handphone rata-rata Rp 90.200/bulan. Sedang untuk membeli buku pelajaran sebesar Rp 39.750/bulan.

Hal itu diungkapkan peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Ardito Bhinadi kepada wartawan saat memaparkan hasil survei biaya hidup mahasiswa DIY tahun 2008 di Seven Resto Jl C. Simanjuntak Yogyakarta, Selasa (25/11/2008). Survei itu dilakukan bekerjasama dengan Bank Indonesa (BI) Yogyakarta.

"Ini menarik untuk dicermati ternyata pengeluaran untuk beli pulsa HP lebih besar daripada untuk membeli buku pelajaran yakni 7 persen dibanding 3 persen," kata Ardito.

Menurut dia, ada tiga komponen biaya hidup terbesar yakni makanan dan minuman, 31 persen, pondokan 17 persen dan transportasi sebesar 10 persen. Rata-rata biaya hidup mahasiswa pada tahun ini sebesar Rp 1.278.350/bulan. Mahasiswa yang menempuh program diploma dengan pengeluaran sebesar R 1.208.100, mahasiswa S1 Rp 1.60.800 dan S2 Rp 2.182.000/bulan.

"Dalam setahun mereka memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah sebesar Rp 4,6 triliun atau 12,25 persen dari PDRB DIY," katanya.

Untuk biaya pondokan/tempat tinggal kata Ardito, rata-rata sebesar Rp 220.100/bulan atau Rp 2.641.200/tahun. Mereka lebih banyak memilih pondokan yang berdekatan dengan kampus tempat studi. Selai itu, mahasiswa juga lebih suka
memilih makan di warung tenda daripada makan di rumah makan/restoran.

"Alasannya harga terjangkau dan lebih dekat. Dan ini bisa menggerakan roda perekonomian sektor informal terutama yang berdekatan dengan kampus dan pondokan," kata Ardito didampingi Kepala BI Yogyakarta, Tjahjo Oetomo.

Menurut dia, penelitian itu dilakukan terhadap 300 responden terdiri 53 persen laki-laki dan 47 persen dengan usia rata-rata 21-25 tahun. Sebagian besar responden berasal dari Jawa, 77 persen, Sumatera 14 persen , Kalimantan 6 persen
dan sisanya 3 persen dar berbagai wilayah pulau lainnya di Indnesia.

"Responden juga berasal dari berbagai bidang ilmu, terbesar non eksakta 51 persen, teknik 28 perse, eksakta 16 persen dan kedokteran 5 persen dengan tahunmasuk studi 2004 - 2008 dan mempunyai indeks prestasi kumulatif antara 3-3,5 sebesar 59 persen, IPK di atas 3,5 15 persen , IPK 2,50-2,99 sebesar 21 persen dan kurang dari 2,50 sebanyak 5 persen," pungkas dia.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com