Kecepatan Angin Puting Beliung di UGM 70-80 km/jam

Pakar bencana UGM, Dr Sudibyakto, menegaskan bahwa bencana angin puting beliung yang menimpa kampus UGM pada jumat sore lalu memiliki kecepatan sebesar 70 hingga 80 km/jam yang bersifat lokal. Dan kemungkinan bencana ini akan berpotensi terjadi kembali dalam tiga bulan ke depan.

“Berdasarkan hasil pantauan dan hasil pengamatan citra satelit, maka bulan November, Desember hingga Januari, kemungkinan besar bisa terulang kembali,” kata Sudibyakto, kepada wartawan, Senin (10/11) di Kampus UGM.

Menurut dosen Geografi UGM ini, munculnya angin putting beliung di UGM akibat pusat tekanan udara rendah atau low pression. Perbedaan tekanan udara yang rendah di sekitar kampus UGM dan tingkat pemanasan yang tidak sama antara wilayah UGM dengan wilayah yang lain sehingga menyebabkan kampus UGM sebagai pusat tekanan udara rendah.

Sementara banyaknya lahan yang rusak di kota-kota besar dan sedikinya daerah kawasan hijau menyebabkan terjadinya perbedaan suhu udara tersebut. Perbedaan suhu tersebut berkisar diantara dua sampai tiga derajat celcius.

“Suhu yang lebih tinggi ini akibat penggunaan lahan, polusi udara dan sebagainya maka daerah dengan tekanan udara menjadi lebih rendah, maka angin akan bertiup di wilayah tersebut. Selain putting beliung, bila terjadi hujan yang sifatnya konvergen, maka akan menimbulkan banjir,” tambahnya.

Sudibyakto menambahkan, ada faktor lain selain faktor yang sifatnya lokal, yakni faktor munculnya daerah konvergensi antar tropis, Inter Trophical Convergen Zone (ITCZ). Daerah konvergensi ini muncul mengikuti peredaran matahari. Di bulan November dan Desembar, posisi matahari berada di belahan bumi bagian selatan, artinya bumi menerima radisasi matahari dalam jumlah yang cukup besar. Radiasi ini akan mengakibatkan suhu meningkat, sehingga suhu udara juga meningkat dan terjadinya tekanan udara rendah.

“Gabungan dari faktor sifatnya regional dengan faktor yang sifatnya lokal yang sangat berpotensi menimbulkan angin putting beliung (thunder storm) dengan kecepatan 60-110 km per jam,” katanya.

Dalam tiga bulan ke depan, tambah Sudibyakto, potensi terjadi angin putting beliung dan badai dampak dari badai tropis yang datang dari arah benua Asutralia cukup besar. Beberapa daerah berpotensi terjadinya badai tropis yakni di daerah pesisir utara pulau Jawa, yakni, Brebes, Tegal, Kendal, Semarang, Bali dan Nusa Tenggara, sehingga berpotensi terkena banjir.

Sementara daerah yang kemungkinan berpotensi terkena ancaman angin puting beliung, terletak di daerah yang terletak di antara daerah perbukitan. Di Yogyakarta, disebutkan Sudibiyakto yang berpotensi terjadinya angin putting beliung diantaranya daerah Gunung Kidul, Kulon Progo, daerah sekitar Gunung Merapi, Klaten dan Boyolali.

“Daerah yang terletak di sekitar perbukitan ini rawan terhadap puting beliung akibat tekanan angin yang menuruni daerah lembah sehingga berpotensi terjadinya bencana puting beliung.

Pada umumnya angin puting beliung ini jelas Sudibiyakto bersifat merusak dengan kecepatan tinggi dan berputar, sehingga kecepatan putaran angin tersebut akan mengangkat apa yang ada di permukaan bumi. (Humas UGM/Gusti Grehenson) ugm.ac.id

Template by : kendhin x-template.blogspot.com